Minggu, 07 Juli 2013

Laporan kromatografi lapis tipis (KLT)

mahirkimiasains@yahoo.co.id:



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kimia analitik adalah ilmu kimia yang mengidentifikasi dan memisahkan zat menjadi komponen-komponennya dan penentuannya lebih lanjut.Teknik-teknik pemisahan, seperti yang ditunjukkan oleh kemajuan dalam bidang kimia, tergantung pada berbagai sifat fisika dan kimia molekul-molekul sampel.Pemilihan teknik yang digunakan tergantung pada banyak sedikitnya sampel, selektivitas metode, tingkat resolusinya dan kepraktisan prosedurnya.[1]
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran.Untuk memperoleh materi murni dari suatu campuran maka harus melakukan pemisahan.Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran.[2]
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan  fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.[3]
            Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya dan untuk membuktikan kebenaran teori yang telah ada maka dilakukanlah percobaan tentang kromatografi lapis tipis (KLT).

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu :
1.      Bagaimana cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) ?
2.      Bagaimana memisahkan pigmen warna dalam suatu cuplikan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) ?
                                                                                  
C.    Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
2.   Untuk memisahkan pigmen warna dalam suatu cuplikan  dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).












 
 




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan graphien berarti menulis.Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3) yang diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan.[4]
            Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase gerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang satu dengan lainnya disebabakan oleh perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarputan atau penguapan diantara kedua fase.[5]
            Kromatografi lapis tipis mirip dengan kromatogafi lapis tipis (KLT). Bedanya lapis tipis (KLT) digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silika gel, selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis bersifat boleh ulang (reprodusibel) dari pada kromatografi lapis tipis (KLT).[6]
            Adsorben yang digunakan pada kromatogrfai lapis tipis biasanya terdiri dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan pada pelat. Pada pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorbsi dan partisi. Teknik kerja KLT prinsipnya hampir sama dengan komatografi lapis tipis (KLT).[7]
            Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi lapis tipis (KLT). Harga Rf dapatdigunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk tujuan penentuan kadar, bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa dengan metode lain yang tepat. Aplikasi KLT sangat luas, termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida dan hidrokarbon dimana sukar bila dikerjakan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). KLT juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi pewarna dan bahan makanan.[8]
            Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan.Kromatografi juga dapat digolongkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (Partition chromatography) dan kromatografi serapan (Adsorption chromatography).Sedangkan menurut teknik kerja yang digunakan, misalnya kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi gas.
Fase bergerak
Fase diam
Prinsip
Teknik Kerja
Gas
Padat
Adsorpsi
Kromatografi gas-padat
Cair
Padat
Adsorpsi, partisi
Kromatografi kolom, KLT, dan kromatografi lapis tipis (KLT)
Cair
Cair
Partisi
Kromatografi kolom, KLT, dan kromatografi lapis tipis (KLT)
Gas
Cair
Partis
Kromatografi gas-cair
Selain cara klasifikasi di atas ada juga yang digabung, misalnya kromatografi partisi gas-cair, kromatografi partisi cair-cair, kromatografi adsorpsi cair-padat. Selain itu juga dikenal kromatografi penukar ion dan kromatografi filtrasi gel yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah disebutkan sebelumnya.[9]
            Dalam proses kromatografi selalu terdapat kecenderungan yaitu:[10]
a.    Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan
b.    Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan padatan halus (adsorpsi penyerapan)
c.    Kecenderungan komponen-komponen untuk bereaksi secara kimia (penukar ion)
d.   Kecenderungan molekul-molekul terekslusi pada pori-pori fase diam.
Faktor reterdasi (Rf ), merupakan parameter kharakteristik kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran kharakteristik dan reproduksibel. Rf didefenisiskan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak).
Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang lintasan zat terlarut.[11]
Pemilihan pelarut tergantung dari campuran sampel yang diteliti. Pelarut yang cocok untuk pemisahan merupakan campuran dua pelarut, sehingga nilai Rf senyawa-senyawa dalam campuran sampel tersebar di sepanjang lapis tipis (KLT). Nilai pH pelarut juga harus diperhatikan, karena banyak pelarut yang mengandung asam asetat atau ammonia yang menghasilkan lingkungan yang sangat asam atau sangat basa.[12]
Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi dibandingkan pemisahan metode lainnya yaitu:[13]
a.    Dapat digunakan pada sampel atau konstituen yang sangat kecil (semi mikro dan mikro)
b.    Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organic multi komponen
c.    Proses pemisahan dalat dilakukan dalam waktu yang relative singkat
d.   Seringkali murah dan sederhana, karena umumnya tidak memerlukan alat yang mahal dan rumit.
            Untuk tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan berdasarkan nilai Rfnya. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang sama. Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa system pelarut berbeda memberikan bukti yang kuat bah bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah identic, terutama jika senyawa tersebut dijalankan secara berdampingan di sepanjang pita lapis tipis (KLT) yang sama.[14]
            Beberapa kelebihan dari KLT yaitu sebagai berikut :[15]
1.    Waktu pemisahan lebih cepat
2.    Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.
3.    Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu penyuntik berukuran mikro. Sampel harus nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengorek lapisan vertikal searah gerakan pelarut. Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi lapis tipis (KLT) karena laju difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan pengadsorbsi. Semua teknik yang dipakai krometografi lapis tipis (KLT) juga dapat digunakan untuk kromatografi lapis tipis.[16]
Nilai Rf dipengaruhi oleh ketebalan lapisan, sebagian besar prosedur pemisahan untuk analisis kualitatif menggunkan ketebalan lapisan 250 µm dan untuk anlisis preparatif digunakan ketebalan sampai 5 mm. Kadang-kadang digunakan kalsium sulfat sebagai adsorben untuk mengikat lapisan pada lempeng. Silika gel adalah bahan yang paling banayak digunakan untuk pemisahan sejumlah besar senyawa. Hal yang harus diperhatikan adalah atmosfer ruang pemisahan harus jenuh dengan pelarut, karena menentukan besar kecilnya nilai Rf. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan wadah sekecil mungkin dan menghubungkan dinding dengan lapis tipis (KLT) yang terendam dalam pelarut.[17]
Teknik pemisahan dalam kromatografi ada dua macam, yaitu :[18]
1.    Descending-chromatografy adalah yang berdasarkan cairan pengelusi yang dibiarkan bergerak menuruni lapis tipis (KLT) akibat gaya gravitasi.
2.    Ascending-chromatografy yaitu pemisahan yang berdasarkan cairan pengelusi bergerak ke atas dengan gaya kapiler.











BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut :
Hari/Tanggal          : Kamis / 20  Juni  2013
Pukul                     : 0800 – 11.30 WITA
Tempat                  : Laboratorium Anorganik
  Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar

B.     Alat dan Bahan
1. Alat
Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah chamber, penotol (pipa kapiler), pinset, oven listrik, penggaris, gunting, pipet skala 5 mL dan bulp.
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tinta warna (merah, hitam dan biru), kloroform (CHCl3), etanol (C2H5OH), aquades (H2O) dan tissue.


C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
1.      Menyiapkan 2 buah chamber (bejana/wadah).
2.      Mengisi dengan larutan pengembang (eluen) yaitu campuran etanol 95% dengan kloroform perbandingan 1:1 sebanyak 10 mL.
3.      Menyiapkan lapis tipis (KLT) KLT yang telah dilapisi alumina berukuran (4 cm X 10 cm) dibagi menjadi 3 bagian yang tidak terpisah, memberi tanda batas bawah (1,5 cm) batas atas (1 cm). Membuat 3 buah noda tetesan (spot) dari sampel tinta (merah, biru dan hitam) dengan jarak yang sama pas dibawah garis pembatas bawah lapis tipis (KLT) saring.
4.      Memasukkan lapis tipis (KLT) KLT ke dalam chamber yang berisi larutan eluen 1:1.
5.      Memperhatikan proses pemisahan pigmen warna yang terjadi dan mengangkat lapis tipis (KLT) saring  jika zat pelarut mencapai batas atas lapis tipis (KLT).
6.      Mengulangi langkah-langkah diatas dengan mengganti larutan eluen 2:3 dan 1:1 untuk campuran tinta dari ke tiga warna.
7.      Mencatat warna dan jarak noda pada masing-masing sampel.
8.      Menghitung besar nilai faktor retardation (Rf) dari masing-masing sampel hasil pemisahan ke tiga jenis perbandingan eluen yang digunakan.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.    Tabel
a.    Tabel perbandingan pelarut etanol : klorofrom (1:1)
No
Wara Tinta
Warna Noda
Jarak Noda
Jarak Eluen
Gambar
1.
Merah
Merah
3,5 cm
4,1 cm
1banding1.jpg
2.
Biru
Biru
2,5 cm
4,1 cm
3.
Hitam
Hitam
Ungu
1 cm
1,4 cm
4,1 cm
4,1 cm
b.    Tabel perbandingan pelarut etanol : kloroform (2 : 3)
No
Wara Tinta
Warna Noda
Jarak Noda
Jarak Eluen
Gambar
1.
Merah
Merah
Merah muda
2,3 cm
1,1 cm
4,1 cm
4,1 cm

2.
Biru
Biru
Biru muda
Merah muda
2,3 cm
0,6 cm
0,4 cm
2 banding 3.jpg4,1 cm
4,1 cm
4,1 cm
3.
Hitam
Hitam
Ungu
0,8 cm
1,9 cm
4,1 cm
4,1 cm

c.    Perbandingan pelarut etanol : kloroform (1 : 1) campuran tinta
No
Warna Tinta
Warna Noda
Jarak Noda
Jarak Eluen
Gambar
1.
Hitam
Hitam
Biru
Ungu
0,7 cm
1,4 cm
2 cm
4,2 cm
Campuran 1 banding 1..jpg
2.
Hitam
Hitam
Biru
Ungu
0,3 cm
1,4 cm
2 cm
4,2 cm
3.
Hitam
Hitam
Biru
Ungu
1,3 cm
1,3 cm
2 cm
4,2 cm
2.      Ananlisi Data
a.    1:1 (Etanol : Kloroform)
1.      Merah
2.      Biru
3.      Hitam
b.      2:3 (Etanol : Klorofrom)
1.      Merah
2.      Biru


3.      Hitam
c.       1:1 (Etanol : Kloroform) campuran tinta
1.      Campuran tinta (Hitam)
2.      Campuran tinta (Hitam)
3.    Campuran hitam (Hitam)

B.     Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan menentukan pigmen warna dalam tinta dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Tinta yang digunakan dalam percobaan ini adalah tinta berwarna merah, biru, hitam. Fase diam yang digunakan adalah alumina yang merupakan penyusun dari plat lapis tipis (KLT). Pengukuran plat lapis tipis (KLT) sepanjang 7x3 kemudian memberi batas garis atas 1 cm dan batas bawah 1,5 cm atau spot. Spot  berfungsi sebagai tempat meletakkan sampel yang akan dipisahkan. Pembuatan batas dilakukan dengan menggunakan pensil dikarenakan bahan pensil tidak dapat bereaksi dengan pelarut (eluen) yang digunakan. Eluen yang merupakan campuran dari etanol (C2H5OH) dan kloroform (CHCl3) dengan perbandingan 1:1, 2:3 dan 1:1. Ketiga pelarut ini digunakan sebagai eluen dalam percobaan ini karena kloroform (CHCl3) merupakan pelarut non polar, sedangkan etanol (C2H5OH) merupakan pelarut semipolar sehingga komponen dalam tinta yang bersifat polar dan nonpolar dapat dipisahkan akibat perbedaan kelarutan dari setiap komponen. Fungsi dari eluen yaitu sebagai fase gerak yang akan mengelusi sampel sehingga terjadi pemisahan.
Berdasarkan hasil pengamatan, tinta merah mempunyai nilai Rf tertinggi pada eluen etanol (C2H5OH) dan kloroform (CHCl3) 1:1 yaitu 0,853 dibandingkan eluen yang lain. Hal ini menandakan bahwa tinta merah mempunyai sifat non polar atau semipolar karena lebih jauh terdistribusi ke larutan yang mempunyai volume yang paling banyak yaitu kloroform (CHCl3).  nilai Rf tinta merah dan biru paling besar pada eluen etanol : kloroform (C2H5OH:CHCl3) (2:3) yaitu 0,560  dibandingkan nilai Rf warna tinta lainnya pada eluen etanol : kloroform (C2H5OH:CHCl3) (2:3). Sedangkan nilai Rf tinta campuran yang dihasilkan yaitu warna ungu dan hitam dengan nilai Rf 0,476 pada eluen etanol : kloroform (C2H5OH:CHCl3) (1:1). Perbedaan jarak yang ditempuh zat terlarut disebabkan  karena dipengaruhi oleh kepolaran masing-masing tinta tersebut sehingga harga Rf yang dihasilkan juga bebeda. Larutan yang bersifat non-polar akan memperlambat proses kromatografi komponennya, karena komponennya bersifat polar, sehingga akan mempengaruhi harga Rf, karena perbedaan kelarutan serta sifat dari campuran tersebut.






BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan  
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebagia berikut:
1.    Cara pemisahan kromatografi lapis tipis (KLT) berdasarkan fase diam (alumina) dan fase gerak pelarut (etanol dan kloroform).
2.    Tinta hitam terbentuk pigmen warna ungu pada eluen etanol dan kloroform (1:1) dan pada eluen perbandingan 2:3 tinta hitam menghasilakan pigmen warna biru mudah dan ungu. Pada tinta campuran dengan eluen etanol dan kloroform (1:1) diperoleh pigmen warna yaitu warna hitam, biru dan ungu.

B.     Saran
      Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaikka plat KLT yang digunakan yaitu menggunakan  2 macam lapisan yang berbeda yaitu alumina dan . agar pembacaan jarak yang ditempuh zat pelarut dan zat terlarut dapat dibandingkan hasil yang diperoleh dari ke dua plat yang digunakan.






DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk.Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press. 2007
Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. 2010
Hendayana, sumar.Kimia Pemisahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010

Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS. 2010
Underwood dan Day.Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 1999
Yazid, Estien. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI. 2005














LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan dengan Judul  “Kromatografi Kolom” disusun oleh :
                        Nama               : Mahir
                        Nim                 : 60500111039
                        Kelompok       : IV (Empat)
Telah diperiksa Oleh Asistan/Koordinator Asisten dan dinyatakan dapat diterima.
           
                                                                                                     Gowa,       Juni 2013
Koordinator Asisten                                                                            Asisten


Nufaidhah Natsir                                                                         Nurfaidhah Natsir  
Nim: 60500110030                                                                      Nim: 60500111030


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab



Waode Rustiah, S.Si.,M.Si


[1]Khopkar, Konsep Dasar kimia Analitik(Jakarta: UI-PRESS, 2010), h. 135.
[2]Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 1.
[3]Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis (Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 194.
[4]Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik (Makassar: Alauddin Press, 2007), h. 73.
[5]Estien Yazid, op. cit., h. 194.
[6]Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris, op. cit., h. 73.
[7]Estien Yazid, op cit., h. 209.              
[8]Estien Yazid, op. cit., h. 210.
[9]Ibid.,  h. 194-195.
[10]ibid., h. 74.
[11]Ibid., h. 196.
[12]Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 152.
[13]Chadijah, sitti, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani, Penuntun Praktikum Kimia Analitik (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2012), h. 75.
[14]Underwood dan Day, op. cit., h. 550.
[15]Estien Yazid, op. cit., h. 209.  
[16]Khopkar, op. cit., h. 164.
[17]Maria Bintang, op. cit., h. 148.
[18]Chadijah, sitti, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani,  op. cit., h. 20.

 

3 komentar:

  1. tanya di tinjauan pustaka, bedanya kromatografi lapis tipis sama KLT itu ap ?

    BalasHapus
  2. blog anda sangat bermanfaat untuk saya dn semua orang dluar sana...
    fighting

    BalasHapus
  3. Titanium Wok - Titanium Art
    Stainless Steel Spade. The Stainless Steel titanium drill bits Spade seiko titanium watch is the oakley titanium sunglasses standard tool used for many traditional shaving 2018 ford ecosport titanium brushes. This is a stainless steel titanium dioxide

    BalasHapus