Rabu, 06 November 2013




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kimia Analitik adalah ilmu kimia yang mengidentifikasi dan memisahkan zat menjadi komponen-komponennya dan penentuannya lebih lanjut. Teknik-teknik pemisahan, seperti yang ditunjukkan oleh kemajuan dalam bidang kimia, tergantung pada berbagai sifat fisika dan kimia molekul-molekul sampel. Dalam Kimia Analitik dikenal beberapa teknik pemisahan salah satunya yaitu destilasi.[1]
Mempelajari proses pemisahan dengan teknik destilasi, mesti dipahami bahwa semua molekul dalam fasa cair memiliki dinamika pergerakan yang konstan. Pembangkitan tenaga internal dan kecenderungan molekul lepas dari permukaan dalam bentuk uap, tergantung pada karakteristik cairan. Tekanan uap cairan adalah ukuran kecenderungan terlepasnya molekul dari permukaan cairan, tekanan uap cairan adalah sifat dari cairan itu dan tidak tergantung pada komposisi fasa uap. Peningkatan temperatur akan meningkatkan pergerakan molekul fasa cair sehingga mempercepat proses terlepasnya molekul. Dengan demikian dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih komponen cairan yang dipisahkan pada tekanan tertentu. [2]
Berdasarkan uraian di atas dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui proses pemisahan secara destilasi sederhana
B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu:
1.    Apa prinsip dasar dari proses destilasi secara sederhana?
2.    Bagaimanakah cara memisahkan sampel alkohol dengan komponen-komponennya?
C.  Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1.    Untuk mengetahui prinsip dasar proses destilasi secara sederhana
2.    Untuk memisahkan sampel alkohol dengan komponen-komponennya


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama Masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk destilasi dan Zosimus dari Alexandria lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses destilasi pada sekitar abad ke-4. Bentuk modern destilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan destilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873). Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan lain-lain. Udara didestilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Destilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling.[3]
Destilasi merupakan  suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Semua komponen  tersebut  terdapat  dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan yang disebut  (evaporasi)  pada titik didihnya.[4]
            Teori dasar destilasi yaitu perpindahan panas ke cairan yang sedang mendidih memegang peranan yang penting pada proses evaporasi dan destilasi atau juga pada proses biologi dan proses kimia lain seperti proses petroleum, pengendalian temperatur suatu reaksi kimia, evaporasi suatu bahan pangan dan sebagainya. Cairan yang sedang dididihkan biasanya ditampung dalam bejana dengan panas yang berasal dari pipa-pipa pemanas yang horizontal atau vertikal. Pipa dan plat-plat tersebut dipanaskan dengan listrik, dengan cairan panas atau uap panas pada sisi yang lain.[5]
            Destilasi digunakan untuk memisahkan dua campuran senyawa atau lebih atas dasar perbedaan titik didih. Senyawa dengan titik didih yang paling rendah akan terpisahkan terlebih dahulu. Air pendingin dimasukkan dari ujung yang paling dekat dengan adaptor, dan air keluar melalui ujung pendingin yang lain. Termometer dipasang sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan titik didih senyawa yang sedang dipisahkan. Ujung termometer  diletakkan tepat pada posisi ujung pendingin.[6]
            Syarat utama pemisahan campuran cairan dengan cara destilasi adalah semua komponen yang terdapat di dalam campuran haruslah bersifat volatil. Pada suhu yang sama, tingkat penguapan masing-masing komponen akan berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa pada suhu tertentu, komponen yang lebih volatil dalam campuran cairan akan lebih banyak membangkitkan uap. Sifat yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada suhu tertentu, fasa cairan akan lebih banyak mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi yang berbeda. Perbedaan komposisi dalam kesetimbangan uap-cairan dapat dengan mudah dipelajari pada destilasi pemisahan campuran alkohol dari air.[7]
            Jenis destilasi yang umum dipakai dilaboratorium meliputi destilasi sederhana, destilasi fraksionasi (bertingkat), destilasi kolom tutup gelembung, destilasi uap dan destilasi vakum. Destilasi tunggal menghasilkan pemisahan parsial dan komponen dimana fasa uap diperkaya dengan zat yang lebih volatil. Dalam destilasi fraksional atau destilasi bertingkat, proses pemisahan parsial diulang berkali-kali, dimana setiap kali pemisahan terjadi akan berlanjut pada pemisahan berikutnya. Hal ini berarti proses pengayaan dan uap yang lebih volatil juga terjadi berkali-kali sepanjang proses destilasi fraksionasi itu berlangsung.[8]
            Salah satu jenis kolom yang biasa dipakai dalam destilasi fraksionasi adalah kolom tutup gelembung. Proses pengayaan uap pada destilasi fraksional dapat dijelaskan dengan destilasi kolom tutup gelembung. Pemisahan dua komponen dapat mencapai tingkat kemurnian yang diinginkan dengan menyediakan plat yang banyak. Tapi hal ini menimbulkan masalah tersendiri sebab semakin banyak plat semakin banyak campuran yang tertinggal dalam plat. Pada setiap kali pengambilan hasil destilasi pada ujung kolom akan mengakibatkan terjadinya perubahan kesetimbangan pada plat tersebut yang juga mempengaruhi keadaan kesetimbangan pada seluruh kolom. Gangguan terhadap keadaan setimbang akan menghasilkan pemisahan yang kurang efektif. Dengan demikian perlu diperhatikan bahwa jumlah plat efektif sama dengan jumlah langkah pengayaan teoritis dan akan selalu kurang dari jumlah plat sebenarnya dalam kolom.[9]
            Dalam praktek, kolom tutup gelembung kurang efektif untuk pengerjaan laboratorium yang menuntut ketelitian tinggi, sebab hasil pemisahan relative terlalu lebih sedikit bila dibandingkan dengan besar bahan yang harus dihabiskan dalam kolom. Dengan kata lain, kolom tutup gelembung memeiliki keluaran kecil dengan sejumlah besar bahan yang masih tertahan atau tertinggal di dalam kolom. Perbaikan terhadap hal ini dapat dilakukan dengan cara memasang perintang, misalnya padatan berpori yang tidak tersusun terlalu padat. Uap akan lebih mudah didinginkan atau diuapkan kembali selama perjalanannya dalam kolom.[10]
            Keefektifan kolom ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara pengaturan materi di dalam kolom, pengaturan temperatur, panjang kolom dan  kecepatan penghilangan hasil destilasi. Satuan dasar efesiensi adalah tinggi setara dengan sebuah lempeng teoritis (HETP atau H). Besarnya H sama dengan panjang kolom dibagi dengan jumlah plat teoritis. Banyaknya plat teoritis H tergantung pada sifat campuran yang dipisahkan.[11]
            Destilasi uap terdiri dari campuran air dan senyawa yang tidak saling bercampur. Pemisahan berlangsung dengan baik pada temperatur di bawah titik didih terendah dari komponen destilat, sehingga senyawa organik yang memiliki titik didih tinggi dan memiliki tekanan uap tinggi dengan mudah dipindahkan dengan destilasi uap. Destilasi uap banyak dipakai dalam laboratorium dan industri terutama untuk keperluan:
1.    Isolasi analisis nitrobenzene dan minyak atsiri
2.    Memisahkan senyawa yang sulit menguap
3.    Memisahkan asam-asam organik yang terlarut dalam air
4.    Memisahkan senyawa yang dapat menyerap bersama dengan uap air, misalnya nitrofenol dan para nitrofenol.
Kebanyakan campuran air dengan senyawa organik yang tidak larut memiliki perbedaan sifat yang menonjol sehingga perhitungan destilasi uap dapat didasarkan pada hukum sederhana yaitu tekanan uap total sama dengan jumlah tekanan uap tiap komponen (air dan senyawa organik yang tidak saling campur).[12]
Pemisahan dua komponen senyawa dengan destilasi sederhana yang umum dilakukan di laboratorium memiliki rangkain alat seperti gambar 2.1. Rangkaian tersebut terdiri dari labu destilasi yang bagian sisinya dengan melalui sumbat berlubang yang sesuai, disambungkan ke kondensor pendingin air. Mulut atas labu destilasi ditempatkan termometer dengan jepitan sumbat berlubang sehingga jarak antara permukaan cairan dengan ujung merkuri dari thermometer diatur sekitar 5-10 mm. Sambungan labu destilasi dan kondensor didukung oleh tiang penyangga, dipasang tidak terlalu ketat dengan klem logam berlapis karet pada bagian yang bersentuhan langsung dengan gelas. Berikut ini adalah gambar rangkaian alat destilasi
Gambar 2.1 Rangkai Alat Destilasi Sederhana
Keterangan:
1. wadah air                                        8. labu distilat
2. labu distilasi                                    9. lubang udara
3. sambungan                                      10. tempat keluarnya distilat
4. termometer                                      13. penangas
5. kondensor                                       14. air penangas
6. aliran masuk air dingin                    15. larutan zat
7. aliran keluar air dingin                    16. wadah labu destilat.[13]
            Adaptor pada destilasi terbuat dari gelas dan berbentuk melengkung. Kegunaan adaptor adalah untuk menyambung pipa pendingin (kondensor) pada seperangkat peralatan destilasi. Ujung adaptor yang besar disambungkan dengan ujung pipa pendingin sedangkan ujung kesil dimasukkan ke dalam gelas/wadah penampung destilat.[14]
Labu destilasi terbuat dari gelas berbentuk seperti labu alas bulat akan tetapi mempunyai leher yang lebih panjang. Labu destilasi digunakan untuk dekstruksi bahan makanan pada poses penentuan kadar protein. Labu destilasi khusus digunakan untuk dekstruksi makanan yang berbentuk padat buka cair.[15]
Kondensor merupakan peralatan gelas yang sering digunakan dalam laboratorium kimia organik dan laboratorium biokimia. Pendingin ini mempunyai bentuk menyerupai pipa lurus dan rata yang dibungkus oleh pipa lain yang lebih besar. Kegunaan pendingin ini adalah sebagai pengembun dalam proses destilasi cair dengan titik didih dibawah 100­OC. Media yang digunakan sebagai pendingin adalah air yang dialirkan dari kran.[16]
Labu destilasi duduk di atas kawat gauze yang bagian tengahnya berupa asbes. Manfaat kawat ini adalah untuk menghindari pemanasan yang terlalu tinggi bagi komponen terdestilasi dan menjaga agar tidak terjadi dekomposisi cairan atau uap akibat pemanasan tinggi pada bagian terjadi sisi labu. Jarak antara labu dan sumbat gabus yang terpasang pada kondensor berkisar 25 mm, sehingga destilat dan cairan tidak terkontaminasi oleh kontak langsung dengan sumbat gabus. Ukuran labu yang pilih didasarkan pada jumlah bahan destilat yang akan menempati antar separuh sampai tiga perdua dari kapasitas bola labu destilasi.[17]
Pemisahan dengan cara destilasi melibatkan penguapan differensial dan suatu campuran diikuti dengan penampungan material yang menguap dengan cara pendinginan dan pengembunan. Destilasi hanya merupakan salah satu langkah saja dalam pekerjaan analisis kimia. Pemisahan destilasi menyangkut kesetimbangan uap dan cairan pada suhu tertentu.[18]


BAB III
METODE PERCOBAAN

A.  Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini yaitu:
Hari/ Tanggal                      :     Jumat/ 24 Mei 2013
Pukul                                  :     08.00-11.00 WITA
Tempat                               :     Laboratorium Kimia Analitik Lantai Dasar
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
B.  Alat dan Bahan
1.    Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu labu destilasi 1000 mL, aerator, stell bead, gelas piala 250 mL, erlenmeyer 250 mL, pendingin/ kondensor, termometer, adaptor, pemanas listrik, gelas ukur 100 mL, kasa asbes, statif dan klem, selang karet, gabus berlubang.
2.    Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu batu didih, bir bintang, aquades.


C.  Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu:
1.    Memasang rangkaian alat destilasi
2.    Memasukkan zat sampel pada labu destilasi (mengisi zat dalam labu paling banyak 2/3 bagian labu). Memasukkan beberapa butir batu didih
3.    Menjalankan air melalui alat pendingin (kondensor)
4.    Memanaskan labu destilasi sampai air mendidih
5.    Mengamati kenaikan temperatur pada thermometer
6.    Mengamati penampung destilat
7.    Membaca titik didih destilasi
8.    Mengukur volume destilat yang diperoleh


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.    Tabel Hasil Pengamatan

No.


Volume Sampel
(mL)
Volume Destilat
(mL)


Destilat 1    Destilat 2




         
1
200 mL
 10,8 mL       63 mL
30°C
    87°C         95°C

2.    Analisis Data

%Alkohol  =  x 100%
=      x 100%
=  5,4%
%Air          =  x 100%
                   =      x 100%
                   =  32,5%

B.  Pembahasan
              Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan alkohol dan air dengan  pemisahan secara destilasi. Destilasi adalah salah satu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu destilasi sederhana, destilasi sederhana merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian dan pemisahan suatu larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang relatif jauh, contohnya alkohol dan air.
              Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu merangkai alat destilasi lalu memasukkan sampel alkohol sebanyak 200 mL ke dalam labu destilasi lalu menambahkan batu didih ke dalam sampel. Batu didih berfungsi untuk mencegah letupan-letupan  sehingga mengurangi resiko kecelakaan pada saat melakukan proses destilasi. Selanjutnya menghubungkan labu destilasi dengan kondensor dan memanaskan sampel tersebut sampai mendidih dan mengukur suhunya dengan termometer. Adapun fungsi masing-masing alat yaitu labu destilasi sebagai wadah untuk penyimpanan sampel yang akan didestilasi. Kondensor atau pendingin yang berguna untuk mendinginkan uap destilat yang melewati kondensor sehingga menjadi cair. Kondensor atau pendingin yang digunakan menggunakan pendingin air dimana air yang masuk berasal dari bawah dan keluar di atas, karena jika airnya berasal dari atas maka air dalam pendingin atau kondensor tidak akan memenuhi isi pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk mendinginkan uap yang mengalir lewat kondensor tersebut. Oleh karena itu pendingin atau kondensor air masuknya harus dari bawah sehingga pendingin atau kondensor akan terisi dengan air maka dapat digunakan untuk mendinginkan komponen zat yang melewati kondensor tersebut. Termometer digunakan untuk mengamati suhu dalam proses destilasi. Erlenmeyer sebagai wadah untuk menampung destilat yang diperoleh dari proses destilasi.
              Dari hasil analisis percobaan yang diperoleh jumlah alkohol dalam sampel sebesar 5,4%, hal tersebut tidak sesuai dengan komposisi kandungan alkohol dalam sampel yaitu sebesar 4,7%. Hal tersebut membuktikan bahwa banyaknya komponen dalam sampel yang mungkin mempunyai titik didih berdekatan dengan alkohol. Sedangkan kadar air dalam sampel sebesar 32,5%.


BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu :
1.   Prinsip dasar dari destilasi sederhana adalah perbedaan titik didih dari 2 zat cair sehingga akan menghasilkan destilat dan residu.
2. Hasil dari pemurnian sampel (bintang) yang berupa alkohol dengan kadar 5,3%
B. Saran
            Saran untuk percobaan ini yaitu sebaiknya sampel yang digunakan bukan hanya sampel alkohol tetapi juga menggunakan sampel yang lain yang memiliki perbedaan titik didih yang relatif jauh.


DAFTAR PUSTAKA

“Destilasi” Wikipedia The Free Encylopedia, http//:www.Destilasi.wikipedia.htm. 2013

Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press. 2007
Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia, Jakarta:Erlangga. 2003
Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS. 2010
Yazid, Estien. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI. 2005




[1]S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik, (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 135. 
[2]Alimin, dkk, Kimia Analitik. (Makassar: Alauddin Press, 2007), h. 35.
[3]“Destilasi”, Wikipedia The Free Encyclopedia, http//:www.Destilasi.wikipedia.htm (2013).
[4]Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis (Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 194.
[5]Ibid, h. 195.
[6]Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 137.
[7]Alimin, loc.cit, h. 36.
[8]Ibid, h. 43.
[9]Ibid, h. 44-45.
[10]Ibid, h. 45.
[11]Ibid, h. 45.
[12]Ibid, h. 49.
[13]Ibid, h. 42.
[14]Khamidinal, loc.cit, h. 38.
[15]Ibid, h.63.
                [16]Ibid,  h.59.
                [17]Alimin, loc.cit, h. 43.
[18]Ibid, h. 49